Saturday, May 12, 2007

Alam Semesta Abad ke-20

Ada lebih banyak hal di langit dan di bumi Horatio,
daripada yang termimpikan dalam filsafatmu.
(Hamlet, Shakespeare, Babak I Adegan V)





Kutipan di atas melukiskan betapa takut dan terpananya Hamlet saat melihat arwah ayahnya dalam sandiwara Shakespeare di atas. Tetapi sesungguhnya para astronom, ahli fisika dan kosmolog, lebih sering lagi mengalami saat-saat seperti yang dialami Hamlet di atas, khususnya pada abad ke-20 ini. Sepanjang abad ini, perbatasan (frontier) alam semesta yang diketahui terus saja didorong lebih jauh, sementara pemahaman ilmiah manusia mengenai hukum-hukum fisika yang mengatur semuanya itu telah direvolusi. Di luar itu, tulis Peter Symonds (Roving Inside, Vol 2 No 3, 15/10-15/11-99), terus disempurnakannya teleskop dan instrumentasi telah menghasilkan banyak pengamatan baru, dan seraya dengan itu memunculkan tantangan segara di bidang teori.

Wahana IRAS pencari obyek kelestial baru/To Edge of The Universe
SEBAGAIMANA dalam jagad penerbangan, dalam penelitian alam semesta pun manusia membuat lompatan penting di abad ke-20. Sebelum mempelajari secara spesifik ilmu tentang alam semesta, manusia mencoba mendalami langit yang mereka lihat, tentang pergerakan benda-benda langit Bulan, bintang, dan planet-planet. Pada abad-abad sebelumnya, ihtiar ini membuahkan berbagai ilmu, seperti geometri (ilmu ukur) Pitagoras, ilmu dinamika Newton, dan kemudian pada abad ini ilmu fisika dan kosmologi (tentang asal-usul, bentuk, dan masa depan alam semesta) Einstein.

Pengetahuan manusia mengenai alam semesta ini pada abad ke-20 ditopang oleh munculnya peralatan pembantu yang ampuh, yakni teleskop. Setelah ditemukan oleh Galileo di abad ke-16, lalu diperkaya oleh penemuan Newton di abad berikutnya, teleskop dibuat makin besar dan makin canggih. Dengan Teleskop Hale di Gunung Palomar, California, AS, yang bergaris tengah lensa 500 cm, yang dibangun dan diselesaikan pada paruh pertama abad ini, manusia mengumpulkan pengetahuan di bidang cahaya bintang. (Pada tahun 1976 di Zelenchukskaya, Rusia, dibangun teleskop cermin dengan garis lebih besar dari Hale, yakni 590 cm.) Melengkapi teleskop ini adalah plat foto dan peralatan spektroskopi (untuk mempelajari spektrum cahaya bintang). Melalui analisis cahaya bintang ini dapat diketahui komposisi bahan bintang-bintang, suhu, serta laju pergerakannya.

Lalu selain membuat teleskop dengan bidang pandang sempit untuk mendapatkan informasi detil tentang satu bintang atau satu galaksi, manusia juga membuat teleskop bidang lebar, yang bisa untuk memotret hingga ribuan bintang, serta galaksi-galaksi (gugus milyaran bintang).

Tetapi sebaik-baik pengamatan di Bumi, cara ini tetap memiliki keterbatasan, yaitu menghadapi halangan atmosfer Bumi, yang dari waktu ke waktu semakin kotor. Untuk mengatasi hal ini, di abad ke-20 manusia lalu mengirim berbagai wahana observasi ke ruang angkasa. Ada satelit pengamat alam dalam gelombang infra-merah (IRAS, 1983), ada pula yang untuk mengamati pancaran ultraviolet (IUE, 1978) di langit. Selain itu juga ada yang menggunakan gelombang visual sebagaimana dilakukan oleh teleskop ruang angkasa Hubble, yang setelah diluncurkan pada tahun 1990 telah memberi banyak tambahan pengetahuan baru.

Menyusul observasi pada gelombang visual, inframerah dan ultraviolet, manusia juga kemudian memperkaya pengumpulan informasi dengan gelombang radio. Pancaran gelombang radio dari bintang ini ditemukan pada tahun 1932 oleh seorang insinyur muda Karl Jansky yang sedang mencari sumber statik dengan pesawat radio percobaan. Selain menyajikan wajah kosmos yang berbeda dengan yang disajikan oleh teleskop optik, penggunaan teleskop radio juga memungkinkan manusia meneliti bagian kosmos yang lebih jauh. Teleskop radio memungkinkan manusia menemukan sumber tenaga seperti pulsar (bintang berdenyut) dan quasar (semacam galaksi yang memancarkan gelombang radio sangat kuat), dan radiasi gelombang mikro yang merupakan jejak alam semesta purba.

Stasiun ruang angkasa AS Skylab, usaha Amerika menandingi supremasi Uni Soviet di ruang angkasa/Island in The Sky
Mencoba menjelajahi penjuru alam semesta dengan demikian menjadi salah satu ihtiar yang amat berkembang di abad ke-20. Seiring dengan ihtiar tersebut tentu saja ada ihtiar untuk lebih memahami berbagai aspek astronomi. Misalnya saja studi lebih lanjut tentang Bumi sendiri sebagai salah satu penghuni Tata Surya, Bulan, planet-planet lain, komet, asteroid, bintang-bintang, gas dan debu antarintang, galaksi, dan obyek-obyek lain. Di antara penemuan penting yang diperoleh dalam abad ini antara lain adalah penemuan planet Pluto tahun 1930, penemuan pulsar atau bintang berdenyut tahun 1967 yang memberi pemahaman baru tentang akhir riwayat bintang.

Berbicara tentang alam semesta tentu saja lebih berkaitan dengan ruang tempat semua isi semesta ini berada. Karena Alam semesta ternyata mampu menampung banyak sekali milyaran galaksi, maka membicarakan alam semesta lazimnya dimulai dengan galaksi-galaksi, kepulauan terdiri dari ratusan milyar bintang. Bicara tentang alam semesta banyak berkaitan dengan penyebaran galaksi-galaksi dan pergerakannya.

Di abad ke-20 lah manusia memperoleh pegalaman baru untuk melihat seluk-beluk galaksi sendiri (Bima Sakti) dan melihat kumpulan galaksi-galaksi lain di tempat jauh.

Istilah "jauh" ketika berbicara tentang galaksi juga perlu dijelaskan lagi, karena di sini "jauh" benar-benar sangat, sangat jauh. Bagi manusia, jarak ke Bulan yang 385.000 km sudah bisa digolongkan jauh, karena itu berarti sudah hampir 10 kali keliling Bumi. Padahal Bulan adalah benda langit terdekat, karena jarak ke Matahari sudah melompat jadi 150.000.000 km, ke planet terjauh Pluto sudah 40 kali jarak Bumi-Matahari. Itu sebabnya astronom lalu menggunakan satuan lebih besar lagi, yakni Satuan Astronomi untuk jangkauan Tata Surya, dan untuk ke bintang-bintang diperkenalkan "tahun cahaya", yakni jarak yang ditempuh oleh cahaya selama satu tahun. Karena setiap detiknya cahaya menempuh jarak 300.000 km, maka dalam setahun jarak yang ditempuh cahaya adalah hampir 9.500.000.000.000 km.

Diterapkan untuk bintang terdekat saja, yakni Alpha Centauri, yang berjarak 4,3 tahun cahaya, angka itu sudah panjang untuk menuliskannya. Padahal galaksi terdekat dengan galaksi Bima Sakti, yakni Andromeda, jaraknya 2.000.000 tahun cahaya. Cobalah iseng-iseng Anda tuliskan jarak tersebut dalam satuan kilometer.

Dengan sarana pengamatan lebih canggih, para ahli dapat mengamati galaksi-galaksi yang lebih jauh dibandingkan Andromeda. Oleh Edwin Hubble pada tahun 1920-an ditemukan pula, bahwa galaksi-galaksi yang jauh ini juga bergerak menjauhi Bima Sakti, dan makin jauh galaksi tersebut makin cepat pula gerak menjauhnya. Dari sini, Hubble kemudian menyimpulkan alam semesta yang terdiri dari ratusan juta galaksi ini memuai ke segala arah dengan seragam. Misalnya saja, kelompok galaksi redup di daerah Hydra yang berjarak 3,3 milyar tahun cahaya, menjauh dari Bima Sakti dengan laju 60.000 km per detiknya, atau seperlima kecepatan cahaya.

Dibantu dengan peralatan astronomi radio yang mampu melihat daerah di langit yang lebih jauh lagi, Rudolph Minkowski menemukan galaksi radio 3C295 yang meminjam istilah David Bergamini dalam bukunya The Universe (Time-Life, 1979) "melarikan diri" dari Bima Sakti dengan kecepatan sepertiga kecepatan cahaya. Laju lari galaksi lain yang berada pada batas daya tangkap teleskop radio diperkirakan 9/10 kecepatan cahaya atau 270.000 km per detik. Kalau sampai laju menjauh galaksi tersebut mencapai kecepatan cahaya, maka galaksi tersebut tidak akan dapat terlihat.

Oleh sebab itu, sebagian besar alam semesta yang sejauh-jauhnya dapat dilihat oleh manusia di Bumi, tampaknya sudah dalam jangkauan teleskop optik dan teleskop radio. Teorinya, kalau manusia memang akan memecahkan teka-teki alam semesta, mestinya hal itu dapat dilakukan segera.

Tetapi sebelumnya, dari fakta di atas lalu muncul dua pertanyaan pokok: Pertama, sudah berapa lama alam semesta memuai? Kedua, apakah ia akan terus memuai?

Bila galaksi-galaksi yang paling jauh yang bisa diamati secara optis maupun radio dijadikan sebagai ukuran, maka jangka waktu yang diperlukan untuk berlari keluar dari asal mulanya berupa bola kabut bahan padat adalah 18 milyar tahun. Pengukuran masa datang mungkin akan memberi angka lebih besar, tetapi diduga tidak akan terlalu banyak. Untuk pertanyaan kedua, sebagian jawaban menyebutkan, alam semesta memuai secara seragam, seperti titik-titik berjarak sama pada permukaan balon yang ditiup. Di sini, ruang antargalaksi lah yang melebar, sedang galaksinya sendiri tetap pada tempatnya.

Kenyataan lain bahwa apa yang disebut sebagai "tepi" alam semesta belum ditemukan memperlihatkan, bahwa alam semesta tidak lah sesederhana seperti dilukiskan dalam tiupan gas yang memuai seragam tadi.

Hanya saja, apa yang ditemukan oleh Hubble di atas telah dipakai untuk memajukan teori asal-usul alam semesta. Pada dekade 1940-an dikenal dua teori. Yang pertama adalah teori "Dentuman Besar" (Big Bang), dan kedua teori "Keadaan Tetap" (Steady State).

Dentuman Besar, sebagaimana banyak disampaikan oleh ahli fisika Amerika kelahiran Rusia George Gamow, menyarankan, bahwa seluruh bahan dan tenaga di alam semesta pernah tergabung dalam satu bola padat raksasa. Bola terdiri dari netron dan tenaga pancaran ini dinamai "Ylem (dibaca "ailem"). Sekitar 18 milyar tahun silam, ylem ini tiba-tiba meledak dalam satu dentuman besar. Materi tersebar ke dalam ruang maha luas, dan berikutnya setelah suhu dan tekanan turun membentuk material pembentuk bintang dan galaksi.

Teori Keadaan Tetap diajukan ahli kosmologi seperti Fred Hoyle, Herman Bondi, dan Thomas Gold. Menurut pandangan mereka, alam semesta tidak berawal dan tidak akan berakhir. Alam semesta kurang lebih sama, bukan hanya dimana-mana, tetapi juga pada setiap saat.

Masing-masing teori di atas punya pendukung, tetapi juga punya pengritiknya. Namun pada akhir tahun 1950-an, para pembela Keadaan Tetap agak mundur. Ini terjadi ketika para pengamat mulai mendeteksi sumber radio yang jauh. Berikutnya, di tahun 1965 dua insinyur - Arno Penzias dan Robert Wilson - secara kebetulan menemukan radiasi gelombang mikro yang berasal dari semua arah di alam semesta, siang atau pun malam. Radiasi ini disimpulkan merupakan sisa radiasi Dentuman Besar.

Selanjutnya, kalau alam semesta memuai setelah Dentuman Besar, bagaimana masa depannya? Jawabnya tergantung pada bentuk alam semesta. Dan hampir semua hipotesa tentang bentuk ini didasarkan pada dua teori relativitas Einstein.

Teori Relavtivitas Pertama, atau Reletivitas Khusus, dicetuskan Einstein tahun 1905 dan Teori Relativitas Umum pada tahun 1916. Membicarakan kedua teori ini membutuhkan ruangan lebih banyak karena ide yang tidak biasa dan perlu direnungkan seksama. Bahkan harus diakui, abstraksi teori ini demikian sulit, sehingga kebanyakan ahli matematika pun memerlukan waktu 10 tahun untuk memahaminya. Tetapi ringkasnya Einstein merombak secara radikal pemahaman orang tentang ruang dan waktu.

Salah satu konsekuensi dari teori Einstein adalah bahwa alam semesta bisa mengembang tetapi juga bisa mengempis. Bila setelah mengembang lalu satu saat mengempis, maka setelah materi memampat, satu saat ia akan meledak lagi dan mengembang lagi. Hanya saja, pada saat ini para astronom cenderung pesimis, bahwa alam semesta akan mengerut lagi. Ini disebabkan jumlah materi yang diketahui di alam semesta 10 kali terlalu kecil untuk membuat alam semesta mengerut. Berarti kecenderungan yang lebih besar adalah alam semesta akan terus mengembang.

Di tahun 1998 terbit pengamatan oleh dua grup astronom yang mengetengahkan dua pandangan yang berbeda secara radikal. (Yang pertama adalah "Supernova Cosmology Project" yang dipimpin oleh Saul Permutter di Lawrence Berkeley Lab di AS, dan yang kedua adalah "High-Z Supernova Search Team" yang dipimpin oleh Brian Schmidt dari Mount Stromlo dan Siding Spring Observatories di Australia. Kedua grup melibatkan kolaborasi riset internasional dari banyak negara, termasuk AS, Australia, Inggris, Perancis, Jerman dan Swedia, serta koordinasi pengamatan fasilitas observasi di seluruh dunia.)

Pandangan pertama menyebutkan, alam semesta bukan hanya memuai, tetapi memuai dipercepat. Sementara pandangan lain menyebutkan alam semesta "datar", tidak memuai tetapi juga tidak mengerut. Ke depan diperkirakan akan pecah lagi perdebatan seru mengingat tajamnya perbedaan hasil yang diperoleh. Meski ringkasan hasilnya mengingatkan orang pada apa yang sudah dikemukakan di dekade 1940-an, tetapi hasil terakhir di penghujung abad ke-20 ini ditopang oleh teknik pengamatan mutakhir, melibatkan ledakan dahsyat bintang raksasa (supernova).

Bila saja pandangan alam semesta terus mengembang tetap lebih unggul, maka ini ditinjau dari segi kepentingan manusia membayangkan kesuraman. Menghadapi pemekaran Matahari yang akan mengancam kehidupan Bumi dalam jangka lima milyar tahun lagi manusia masih bisa pindah ke planet lain. Tetapi boyong ke galaksi lain, jelas mustahil. Kalau ia punya pesawat ruang angkasa yang mampu melaju dengan kecepatan lebih dari kecepatan cahaya, ia perlu waktu dua juta tahun untuk sampai ke Andromeda. Jadi kalau kelak bintang-bintang yang serupa Matahari dan punya planet di Bima Sakti sudah padam, maka kehidupan yang dikenal sekarang ini pun juga sulit dibayangkan lagi eksistensinya.

Lalu apa makna adanya alam semesta ? Masuk akal pertanyaan semacam ini muncul, karena menurut teori antropik alam semesta ada artinya hanya kalau ada pengamat yang cerdas. Jadi berarti kehadiran mahluk cerdas sesungguhnya esensial dalam mengapresiasi alam semesta.

Bisa saja dikemukakan, kan selain kehidupan Bumi mungkin masih ada kehidupan lain di tata-surya bintang lain. Jadi pertanyaan lainnya, apakah ada kehidupan lain di luar yang kita kenal sekarang ini ?

Usaha telah banyak dilakukan untuk menemukan kehidupan di luar Bumi atau yang juga sering disebut ETI (Extra Terrestrial Intelligence). Sejauh ini upaya tersebut belum mendapat tanggapan dari ETI yang dimaksud.

Dengan demikian, kehidupan Bumi-lah yang sejauh ini menjadi rujukan Prinsip Antropik. Mahluk cerdas manusia yang ada di Bumi saat ini sudah dilihat sebagai bagian tak terpisahkan evolusi alam semesta. Kehidupan ini tercipta karena ada dukungan yang diberikan alam, yakni yang berwujud unsur-unsur karbon, oksigen, nitrogen, dan fosfor. Padahal kita tahu, setelah Dentuman Besar yang menandai saat penciptaan alam semesta, yang ada hanya unsur hidrogen dan helium. Ini berarti sebelum unsur-unsur lebih kompleks terbentuk, bintang harus terbentuk lebih dulu untuk membentuk unsur-unsur tersebut di dalam intinya yang dahsyat. Di penghujung riwayatnya, bintang ini meledak dan menebarkan unsur-unsur berat tersebut ke ruang angkasa.

Tetapi agar unsur-unsur tersebut bisa berkembang, harus ada keseimbangan antara tiga dari empat gaya alam yakni elektromagnetisme dan dua gaya nuklir (lemah dan kuat). Dan agar kehidupan bisa dimulai, unsur-unsur tersebut harus bisa bergabung guna membentuk asam amino kompleks pertama dan kemudian bahan kimia yang bisa menggandakan diri dalam lingkungan di mana kehidupan bisa ditopang.

Apakah semua rangkaian proses yang melahirkan kehidupan tersebut merupakan hal kebetulan ? Di sinilah kemudian para ahli kosmologi memperkenalkan Prinsip Antropik, yang sudah disinggung di atas, dengan berbagai bentuknya.

Menurut Prinsip Antropik Lemah, hanya alam semesta dengan konstruksi tepat yang bisa mengandung kehidupan cerdas. Lalu sejumlah ilmuwan lain memajukan Prinsip Antropik Kuat. Di sini, alam semesta harus memunculkan kehidupan cerdas pada satu titik dalam sejarahnya, sehingga harus memiliki sifat dan unsur yang diperlukan agar kehidupan seperti itu bisa muncul. Prinsip Antropik Final menyebutkan, bahwa karena kehidupan cerdas sudah terlanjur muncul, maka ia tidak akan pernah lenyap.

Itulah sekilas hasil kemajuan studi manusia atas alam semesta yang dicapai pada abad ke-20. Sebagaimana di bidang lain, dalam bidang kosmologi ini pun berlangsung satu proses dialektika yang kontinu. Dalam arti, satu kemajuan yang diperoleh dari pengamatan dan pengembangan teori, pada satu saat ditantang oleh hasil yang diperoleh kemudian hari.

Lepas dari sulitnya diperoleh kebenaran abadi, sesuatu yang barangkali memang tidak ada, yang rupanya lebih bermakna adalah proses menuju pemahaman lebih jauh atas segala rahasia alam. Hasil setapak demi setapak justru baik, karena itu akan melahirkan rasa penasaran dan ingin tahu, yang merupakan naluri adi kodrati manusia. Dalam hal ini, alam semesta telah menjadi guru yang sangat murah hati dengan memberi manusia teka-teki yang tak habis-habisnya.

Thursday, April 12, 2007

Asal usul alam semesta

Asal usul alam semesta diterangkan dalam Al-Qur'an dalam ayat berikut;

Dia adalah maha Pencipta langit dan bumi. Surat al-An'aam:101.

Maklumat yang dinyatakan dalam Al-Qur'an ini adalah satu fakta yang sangat tepat dan selari dengan penemuan sains kontemporari. Kesimpulan yang dicapai dalam bidang astrofizik hari ini ialah bahawa alam semesta, bersama-sama dengan dimensi benda dan masa, telah terhasil melalui satu letupan yang besar yang terjadi ketika masa-sifar. Fenomena ini yang dikenali sebagai Big Bang membuktikan bahawa alam semesta telah diciptakan dari ketiadaan sebagai satu produk, dari satu letupan titik tunggal. Golongan saintifik moden percaya bahawa Big Bang adalah satu-satunya penerangan paling rasional dan fakta yang dapat dibuktikan mengenai permulaan dan asal kewujudan alam semesta.

Sebelum fenomena Big Bang terjadi, tidak terdapat sebarang benda yang wujud. Dalam keadaan tanpa sebarang kewujudan kebendaan, tenaga atau masa, dan yang mana hanya dapat diterangkan secara metafizik, semuanya ini sebenarnya telah diciptakan. Fakta ini, yang baru diketahui melalui kajian dalam bidang fizik moden, telah dinyatakan dalam Al-Qur'an 1400 tahun lalu.

PENGEMBANGAN ALAM SEMESTA

Dalam Al-Qur'an yang diwahyukan 1400 tahun lalu, ketika pengetahuan tentang astronomi masih sedikit, fakta mengenai pengembangan alam semesta telah diterangkan seperti berikut;

Dan langit itu Kami bina dengan kekuasaan (Kami) dan sesungguhnya Kami benar-benar meluaskannya. (Surah az-Dzariyat;47)


Edwin Hubble

Perkataan 'langit' yang dinyatakan dalam ayat di atas digunakan dalam banyak tempat dalam Al-Qur'an yang bermaksud ruang angkasa dan cakerawala. Di sini sekali lagi, perkataan ini digunakan untuk maksud ini. Dalam perkataan lain, Al-Qur'an mendedahkan hakikat mengenai proses pengembangan alam semesta. Dan ini merupakan puncak kesimpulan yang diputuskan oleh dunia sains hari ini.

Sehingga penghujung abad ke 20, pandangan yang paling masyhur dalam dunia sains ialah bahawa 'alam semesta mempunyai sifat konstan (statik) dan telah wujud tanpa keterbatasan masa'. Kajian, pemerhatian dan pengiraan yang dijalankan melalui seluruh insfranstruktur teknologi moden, sebenarnya telah menunjukkan bahawa alam semesta telah wujud dalam masa yang terbatas dan berkembang secara konstan.

Pada permulaan abad ke 20, seorang ahli fizik Russia Alexander Friedmann dan ahli kosmologi Belgium George Le'maitre telah membuat pengiraan secara teori bahawa alam semesta adalah dalam keadaan pergerakan yang berterusan dan ia sebenarnya berkembang.

Fakta ini juga telah dibuktikan melalui data dari pemerhatian yang dijalankan pada tahun 1929. Edwin Hubble seorang ahli astronomi Amerika yang membuat pemerhatian di langit dengan menggunakan teleskop, mengisytiharkan bahawa bintang-bintang dan galaksi-galaksi bergerak menjauhi antara satu sama lain secara berterusan. Sebuah alam semesta di mana semua benda di dalamnya secara konstan bergerak menjauhi sesama mereka, jelas menggambarkan pengembangan alam semesta itu. Pemerhatian yang dijalankan dalam tahun berikutnya mengesahkan bahawa alam semesta adalah berkembang secara berterusan. Fakta ini telah di jelaskan dalam Al-Qur'an ketika mana hal ini masih belum lagi pernah diketahui oleh manusia. Ini adalah kerana Al-Qur'an adalah kalam Tuhan, maha Pencipta dan Pemerintah bagi seluruh alam semesta.

PEMISAHAN LANGIT DAN BUMI

Sepotong ayat mengenai penciptaan langit dinyatakan sebagai berikut.ayat.

"dan apakah orang-orang kafir itu tidak melihat bahawasanya langit dan bumi itu keduanya dahulu adalah suatu yang padu (satu unit penciptaan), kemudian kami pisahkan antara keduanya. Dan daripada air Kami jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka mengapakan mereka tiada juga beriman?". (Surah Al-Anbia: 30)

Kalimah 'ratq' diertikan sebagai dijahit yang bermaksud 'dikumpul bersama, dicampur' dalam kamus bahasa arab. Ianya digunakan untuk merujuk dua intipati yang berbeza yang membina suatu yang menyeluruh. Frasa 'Kami membuka jahitan; adalah perkataan fataq dalam bahasa arab dan menggambarkan bahawa sesuatu yang diwujudkan dengan membelah bahagian atau memusnahkan struktur ratq. Biji benih yang tumbuh bertunas dari tanah adalah satu contoh frasa ini.

Sekarang mari kita perhatikan sejenak ayat ini sekali lagi dengan menyimpan pemahaman ini di dalam minda. Di dalam ayat tersebut, langit dan bumi pada status pertamanya adalah berbentuk ratq. Kedua-duanya di pisahkan (fataqa) dengan kemunculan satu dari yang satu lagi. Apa yang menarik, apabila kita mengingati saat pertama fenomena Big Bang kita melihat bahawa satu titik tunggal mengandungi semua material alam semesta.

Dalam perkataan lain, setiap benda termasuk langit dan bumi yang masih belum diciptakan lagi, juga termasuk di dalam titik tunggal ini dalam keadaan ratq. Titik ini kemudiannya meletup dalam satu letupan yang besar, menyebabkan materialnya menjadi fataq dan proses ini membentuk keseluruhan struktur alam semesta. Apabila kita membandingkan pernyataan di dalam ayat Al-Qur'an di atas dengan penemuan saintifik, kita mendapati bahawa kedua-duanya berada dalam keserasian yang sempurna di antara satu sama lain. Apa yang cukup menarik perhatian ialah penemuan ini tidak diketahui sehingga abad ke 20.

ORBIT

Ketika menerangkan mengenai bulan dan matahari dalam Al-Qur'an, ianya ditekankan bersama bahawa setiap satunya mempunyai laluan orbit tertentu;

Dia yang menjadikan malam dan siang, matahari dan bulan, setiap mereka berenang di falak (tempat peredarannya). (Surah al-Anbiya; 33)

Dalam ayat lain dinyatakan juga bahawa matahari sebenarnya bukan objek yang statik tetapi juga mempunyai orbitnya tertentu;

Dan matahari beredar di tempat peredarannya. Demikianlah ketetapan yang maha Perkasa dan maha Mengetahui. (Surah Yaasin;38)

Fakta yang dikemukakan dalam Al-Qur'an ini telah ditemui melalui pemerhatian astronomi hari ini. Berdasarkan kepada kiraan pakar-pakar astronomi, matahari bergerak dalam kelajuan yang besar selaju 720, 000 km sejam mengarah ke bintang Vega dalam satu orbit tertentu dalam sistem Solar Apex. Ini bererti matahari bergerak sejauh 17,280,000 km sejam secara anggaran. Bersama-sama dengan matahari, dan semua planet dan satelit yang berada dalam lingkungan sistem graviti matahari (sistem solar) juga turut bergerak pada jarak yang sama. Sebagai tambahan, semua bintang dalam alam semesta adalah berada dalam satu persamaan pergerakan yang telah ditentukan.

Lanjutan hal ini, iaitu alam semesta dipenuhi dengan lintasan dan orbit telah dimaktubkan di dalam Al-Qur'an;

Demi langit yang mempunyai jalan-jalan. (Surah az-Dzariyat;7)

Terdapat lebih kurang 200 bilion galaksi dalam alam semesta, yang mengandungi hampir 200 billion bintang setiap satu. Kebanyakan dari bintang-bintang ini mempunyai planet-planet dan kebanyakan dari planet ini mempunyai satelit. Semua objek-objek langit ini bergerak menepati orbit-orbit yang telah dicongak. Untuk berapa juta tahun, semuanya 'berenang' melintasi orbit masing-masing dalam keseimbangan dan susunan yang sempurna bersama-sama dengan yang lain. Selanjutnya, bilangan komet yang banyak juga bergerak bersama dalam orbit-orbit yang telah ditentukan untuk mereka.

Orbit-orbit dalam alam semesta bukan sahaja dimiliki oleh jasad-jasad langit ini, tetapi juga dimiliki oleh galaksi-galaksi yang bergerak pada kelajuan yang besar dalam orbit-orbit yang telah ditetapkan. Sewaktu dalam pergerakan, tidak ada satupun objek langit ini yang memotong orbit atau bertembung dengan objek lain.

Suatu yang pasti, ketika Al-Qur'an di turunkan manusia tidak mempunyai sebarang teleskop seperti hari ini atau teknologi pemerhatian yang maju untuk memerhati jutaan kilometer ruang angkasa, dan juga tanpa pengetahuan fizik atau astronomi yang moden. Dengan hal ini, ianya suatu yang mustahil ketika itu untuk menentukan secara saintifik bahawa ruang langit 'dipenuhi dengan lintasan dan orbit' seperti yang dinyatakan dalam Al-Qur'an. Bagaimanapun, hal ini secara jelas diterangkan kepada manusia dalam Al-Qur'an yang diwahyukan ketika itu -kerana Al-Qur'an sebenarnya adalah kalam Tuhan.

BENTUK SFERA BUMI

"Dia menciptakan langit dan bumi dengan kebenaran. Dia membungkuskan malam atas siang dan membungkuskan siang atas malam... (Surah Az-Zumar:5)

Dalam Al-Qur'an, perkataan yang digunakan untuk menerangkan alam semesta adalah sangat penting. Kalimah arab yang diertikan sebagai 'membalut' dalam ayat di atas adalah 'takwir', dan dalam bahasa inggeris, ia bermakud 'menjadikan sesuatu membalut sesuatu yang lain, dililit sebagai satu pakaian yang terhampar. Sebagai contoh, dalam kamus arab perkataan ini digunakan untuk perbuatan membalut sesuatu mengelilingi suatu yang lain seperti mana orang yang memakai serban.

Maklumat yang diertikan di dalam ayat mengenai siang dan malam yang membalut antara satu sama lain menyatakan maklumat yang tepat mengenai bentuk dunia. Fenomena ini hanya akan menjadi benar sekiranya bumi adalah berbentuk bulat. Ini bererti bahawa di dalam Al-Qur'an, yang diturunkan di abad ke 7, bentuk sfera bumi telah di disebutkan secara kiasan di dalamnya.

Ianya harus diingat, bagaimanapun, bahawa pemahaman mengenai astronomi ketika itu melihat dunia secara berbeza. Ketika itu difikirkan bahawa bumi berbentuk dataran rata dan semua pengiraan saintifk dan penjelasan berdasarkan kepada kepercayaan ini. Ayat Al-Qur'an bagaimanapun telah memuatkan maklumat yang baru diketahui beberapa abad sebelum ini, oleh kerana Al-Qur'an adalah kalam Tuhan, perkataan yang paling tepat digunakan di dalamnya ketika menerangkan mengenai alam smesta.

BUMBUNG PROTEKTIF.

Dalam Al-Qur'an, Tuhan menarik perhatian kita kepada ciri-ciri yang sangat mengagumkan di atas langit;

Dan Kami jadikan langit itu sebagai atap terpelihara sedang mereka berpaling dari segala tanda (kekuasaan Allah) yang terdapat padanya. (Surah al-Anbiya; 32)

Sifat istimewa langit ini telah dibuktikan melalui kajian saintifik yang dijalankan pada abad ke 20 ini.

Ruang atmosefera yang mengelilingi bumi sebenarnya menjalankan fungsi yang sangat penting untuk mengekalkan kehidupan untuk wujud. Ketika memusnahkan meteor-meteor besar dan kecil ketika mendekati bumi, ia menghalangnya dari jatuh ke dalam bumi dan dari membahayakan makhluk hidupan.

Sebagai tambahan, atmosfera menapis sinaran yang datang dari luar angkasa yang sangat membahayakan kepada hidupan. Apa yang menariknya, atmosfera menelap sinaran yang berguna dan berfaedah- cahaya nampak, tak nampak dan gelombang radio - untuk menembusinya. Semua jenis radiasi ini adalah sangat penting kepada kehidupan. Cahaya nampak, yang sebahagiannya dibenarkan menembusi dalam atmosfera adalah sangat diperlukan untuk menjalankan proses fotosintesis dalam tumbuhan yang membantu mengekalkan makhluk hidupan. Kebanyakan sinaran ultra violet dengan keamatan tinggi yang dipancarkan oleh matahari di telap keluar oleh lapisan ozon dalam atmosfera dan hanya membataskan -dan yang paling penting- bahagian kecil dalam spektrom ultra violet untuk mencecah permukaan bumi.

Fungsi protefktif atmosfera tidak berakhir di sini. Atmosfera juga melindungi bumi dari kesan pembekuan dari luar angkasa, dengan suhu lebih kurang -270 darjah centigrade.

Sebenarnya atmosfera tidak bersendirian dalam menjalankan fungsi perlindungan kepada bumi. Sebagai tambahan kepada atmosfera, Jalur Allan Velt, lapisan yang dihasilkan oleh medan magnet bumi, juga berfungsi sebagai perlindungan menentang radiasi yang merbahaya yang mengancam planet kita. Radiasi merbahaya ini, yang secara berterusan dipancarkan oleh matahari dan bintang-bintang lain berpotensi membawa maut kepada makhluk hidupan. Sekiranya Jalur Van Allan tidak wujud, letupan besar-besaran oleh tenaga yang dipanggil nyalaan solar (solar flares) yang kerap terjadi di matahari akan menghancurkan semua kehidupan dalam dunia.

Dr Hugh Ross menyatakan hal ini mengenai kepentingan jalur Van Allen kepada kehidupan;

Sebenarnya, bumi mempunyai kepadatan paling tinggi berbanding sebarang planet dalam sistem solar kita. Teras besar nikal-besi ini bertanggungjawab untuk medan magnet gergasi kita. Medan magnet ini menghasilkan perisai radiasi Van Allen yang melindungi bumi dari pengeboman radiasi. Sekiranya perisai ini tidak wujud, kehidupan tidak mungkin berada di bumi. Satu-satunya planet berbatu yang mempunyai medan magnet ialah Utarid- tetapi kekuatan medannya 100 kali lebih kecil berbanding medan magnet bumi, bahkan Zuhrah, saudara planet kita, tidak mempunyai sebarang medan magnet. Perisai radiasi Van Allen adalah satu rekaan yang unik kepada bumi.

Tenaga yang dipancarkan dari salah satu pembakaran yang dikesan baru-baru ini telah dikira dan dipastikan adalah bersamaan dengan 100 juta kali ganda bom atom yang digugurkan di Hiroshima!!. 58 jam selepas letupan ini, jarum kompas magnetik diperhatikan menunjukkan pergerakan yang luar biasa dan 250 kilometer di atas atmosfera bumi, suhu jatuh mendadak kepada 2500 darjah selsius.

Ringkasnya, sebuah sistem yang sempurna sedang bekerja di luar permukaan bumi. Ia mengelilingi dunia kita dan melindunginya dari ancaman luar. Saintis hanya menyedari hal ini beberapa tahun lalu. Tetapi Tuhan telah menerangkan kepada kita dalam Al-Qur'an mengenai atmosfera bumi yang berfungsi sebagai perisai pelindung 14 abad lalu.

PENGITARAN DI ATAS LANGIT.

Ayat ke 11 dalam surah at-Tariq, merujuk kepada fungsi 'pembalikan' langit;

Demi langit yang mempunyai (sistem) pengitaran. Surat at-Tariq;11.

Perkataan yang ditafsirkan sebagai 'kitaran' dalam penerjemahan Al-Qur'an juga bermaksud 'menghantar balik' atau 'pengembalian'.

Seperti yang diketahui, atmosfera yang mengelilingi bumi mengandungi beberapa lapisan. Setiap lapisan memberikan tujuan penting bagi faedah kehidupan. Kajian telah menunjukkan bahawa semua lapisan ini menjalankan fungsi pemantulan material atau sinaran yang bergerak ke arahnya keluar semula ke luar angkasa atau turun kembali ke bumi. Sekarang kita akan meneliiti beberapa contoh fungsi 'pengitaran' yang dimainkan oleh lapisan-lapisan yang mengelilingi ruang langit bumi.

Troposfera, setinggi 13 hingga 15 kilometer di atas permukaan bumi membantu mengkondensasikan wap air yang naik ke udara dari permukaan bumi sebagai titisan hujan.

Lapisan ozon, pada ketinggian 25 kilometer, memancarkan semula sinaran merbahaya dan cahaya ultra violet yang datang dari luar angkasa kembali ke luar.

Lapisan ionosfera memancarkan liputan gelombang radio dari bumi kembali ke bahagian lain dalam bumi, sama seperti komunikasi satelit pasif, yang menyebabkan komunikasi tanpa wayar, radio dan siaran liputan televisyen dapat dilakukan untuk jarak yang lebih jauh.

Lapisan magnetosfera pula berfungsi mengembalikan zarah radioaktif merbahaya yang dipancarkan oleh matahari dan bintang-bintang lain kembali semula ke angkasa lepas sebelum sampai ke bumi.

Fakta mengenai sifat-sifat lapisan-lapisan atmosfera, yang baru diketahui baru-baru ini telah diumumkan berabad lamanya dalam Al-Qur'an, sekali lagi menunjukan bahawa Al-Qur'an sebenarnya adalah kata-kata Maha Suci Allah.

LAPISAN ATMOSFERA

Satu kenyataan telah disebut di dalam Al-Qur'an bahawa alam semesta ini mempunyai 7 lapisan;

Dia-lah Allah yang menjadikan segala yang ada di bumi untuk kamu dan Dia berkehendak terhadap langit, lalu di jadikanNya 7 lapisan langit. Dan Dia maha Mengetahui segala sesuatu. (Surah al-Baqarah; 29)

Maka Dia menjadikannya tujuh langit dalam dua masa dan Dia mewahyukan pada tiap-tiap langit urusannya. Dan Kami hiasi langit yang dekat dengan bintang-bintang yang cemerlang dan Kami memeliharanya dengan sebaik-baiknya. Demikianlah ketentuan yang Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui. (Surah Fusilat; 12)

Perkatan 'langit-langit', yang mana banyak di sebut di dalam ayat Al-Qur'an merujuk kepada langit di atas bumi dan merangkumi juga seluruh alam semesta. Makna perkataan tersebut bermaksud langit di bumi ataupun atmosfera yang terdiri daripada 7 lapisan.

Kajian kontemporari mendapati bahawa atmosfera dunia terdiri daripada pelbagai lapisan yang saling tindih menindih di antara satu sama lain, tambahan lagi lapisan ini telah digambarkan di dalam Al-Qur'an secara tepat.

Berdasarkan kajian saintifik yang telah dijalankan, subjek ini digambarkan seperti berikut;

Para saintis telah menemui bahawa atmosfera terdiri daripada beberapa lapisan, lapisan tersebut berbeza dari sudut fizikal berdasarkan tekanan atmosefera dan kandungan gas. Lapisan atmosefera yang paling hampir kepada permukaan bumi di panggil troposfera, yang mengandungi lebih kurang 90% jumlah jisim atmosfera, manakala lapisan di atas troposfera dipanggil stratosfera, kemudian diikuti dengan ozonosfera di mana penyerapan sinaran ultra ungu berlaku, kemudian diikuti dengan mesosfera, dan termosfera yang terdiri dari sebahagian gas ionyang dipanggil ionosfera. Bahagian yang paling luar dipanggil eksosfera yang merentang sejauh 480 km sejauh 960 km.

Jika kita perhatikan bilangan lapisan yang tersebut, kita akan mendapati atmosfera sebenarnya mempunyai 7 lapisan persis seperti yang disebutkan dalam Al-Qur'an.

Keajaiban yang penting sekali yang disebut dalam ayat ini 'Dia mewahyukan pada tiap-tiap langit urusannya' di dalam surah Fusilat ayat ke 12. Di dalam perkataan lain, Tuhan telah menyatakan bahawa Dia telah menetapkan setiap tingkat langit itu dengan tugas dan fungsi tertentu. Kebenaran ini telah dilihat di bahagian pertama tadi, setiap lapisan mempunyai peranan penting untuk kebaikan hidupan semua manusia dan hidupan di muka bumi ini. Setiap lapisan mempunyai fungsi yang khusus, bermula dari fungsi pembentukan hujan sehingga kepada perlindungan daripada ancaman radiasi berbahaya, dan dari memancarkan gelombang radio sehingga menghalang ancaman meteor yang memusnahkan.

Salah satu dari pelbagai fungsi ini, sebagai contoh, telah dinyatakan dalam sebuah sumber saintifik sebagai berikut;

Atmosfera bumi mempunyai 7 lapisan. Lapisan yang paling rendah dipanggil troposfera. Hujan, salji dan angin hanya terjadi di troposfera.

Ini adalah satu penemuan fenomena yang menakjubkan, yang tidak dapat diperolehi tanpa kemajuan teknologi abad ke 20 sebagaimana yang telah nyata disebut dalam Al-Qur'an 1400 tahun dahulu.